Mengamalkan Tauhid dengan Sebenar-benarnya Bisa Menyebabkan Masuk Surga Tanpa Hisab

Yang dibahas dalam bab ini:

  1. Perbedaan bab ini dan bab sebelumnya
  2. Makna tahqiq tauhid (mengamalkan tauhid dengan sebenar-benarnya) dan macam-macamnya
  3. Sifat-sifat orang yang men-tahqiq tauhid

 

  1. Perbedaan bab ini dengan sebelumnya

Keutamaan-keutamaan tauhid yang disebutkan di bab kedua adalah hak bagi orang bertauhid yang tidak melakukan kesyirikan baik akbar maupun asghar akan tetapi orang ini terkadang terjerumus kedalam maksiat-maksiat yang maksiat ini terhapus dengan tauhidnya.

Adapun bab ini lebih tinggi dari bab sebelumnya. Orang-orang yang tidak menyekutukan Allah sedikitpun dan dia tidak punya dosa maksiat (ketika maksiat langsung bertaubat kepada Allah sehigga dosanya telah diampuni). Adapun orang yang sampai derajad sebelumnya maka terkadang ia diampuni oleh Allah dan terkadang diazab oleh Allah. (I’anatul mustafidz 74)

Bahasan pada bab kedua (yakni pada bab keistimewaan tauhid dan diampuninya dosa-dosa karenanya) didapatkan setiap orang yang bertauhid sedangkan bahasan pada bab ketiga (mengamalkan tauhid dengan murni sehingga masuk surga tanpa hisab) didapat oleh orang yang bertemu Allah tanpa dosa

Merealisasikan/mengamalkan tauhid dengan sebenar-benarnya maksudnya yakni membersihkan diri dari syirik (baik akbar maupun asghar), bid’ah, dan maksiat

Merealisasikan tauhid tidak akan terjadi kecuali dengan tiga perkara:

  1. Ilmu

Tidak mungkin bsia merealisasikan sesuatu kecuali harus mengilmui hakikat sesuatu itu. Tidak mungkin terlepas dari syirik, bid’ah, dan maksiat kecuali seseorang mengetahui haramnya hal tersebut.

  1. I’tiqad (Keyakinan)

Jika mengilmui (tahqiq tauhid) tetapi tidak meyakini bahkan justru sombong maka orang ini tidak dikatakan mentahqiq tauhid. Sebagaimana perkataan orang-orang musyrik dalam Al Qur’an:

أَجَعَلَ ٱلْءَالِهَةَ إِلَٰهًۭا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌۭ

Artinya:

“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (QS. Shad:5)

  1. Inqiyad (Tunduk)

Jika mengilmui dan meyakini tapi tidak tunduk dan patuh bahkan dia malah sombong maka tidak dikatakan men-tahqiq tauhid. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُونَ وَ يَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ

Artinya:

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka “laa ilaaha illallah” mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami lantaran seorang penyair gila.” [QS. ash-shooffaat/37: 35-36].

  1. Makna tahqiq tauhid dan jenisnya

Men-tahqiq tauhid adalah Membersihkan diri dari syirik (baik akbar maupun asghar), bid’ah, dan maksiat

Jenis orang yang men-tahqiq tauhid ada dua macam:

  1. Tahqiq yang wajib

Seseorang dapat membersihkan tauhid dari syirik (baik akbar maupun asghar), bid’ah, dan maksiat

  1. Tahqiq yang mandub/sunnah

Orang yang dia sudah men-tahqiq yang wajib di samping itu dia melakukan amalan-amalan yang disunnahkan dan dia meninggalkan hal-hal yang makruh dan dia meninggalkan sebagian mubah yang dia khawatirkan melalaikan dari akhirat.

Manakah orang yang bisa tanpa azab dan tanpa hisab?

Cukup tahqiq wajib sudah mencukupi, orang yang men-tahqiq tauhid yang mandub derajatnya lebih tinggi

  1.  Sifat-sifat Orang yang Men-tahqiqTauhid
  1. a) Bersifat sebagaimana sifat imamnya orang yang bertauhid yakni Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

Firman Allah Subhanahu wata’ala :

]إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [(120) سورة النحل

Artinya:

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (berpegang teguh pada kebenaran), dan sekali kali ia bukanlah termasuk orang orang yang mempersekutukan (Tuhan)” (QS, An Nahl, 120)

Sifat Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdasarkan ayat di atas adalah:

  1. Beliau adalah ummah (أُمَّةً)(qudwah wal imam fil khoir) = teladan dan imam dalam kebaikan.
  2. Qaanitaat (قَانِتًا) = senantiasa istiqomah kepada Allah, tetap dalam ketaatan kepada Allah walaupun sedikit, dan mengikhlaskan amalan hanya untuk Allah.
  3. Hanif (حَنِيفًا) =  berpaling dari kesyirikan menuju tauhid.
  4. (وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ) Dan tidak termasuk orang-orang yang musyrik = tidak termasuk orang musyrik dalam perkataan, tidak dalam amalnya, tidak juga dalam keyakinan beliau Ibrahim ‘alaihissalam. Nabi Ibrahim mengingkari kaumnya yang melakukan kesyirikan dan berlepas diri dari mereka.

Islam: Pasrah kepada Allah dengan tauhid, tunduk dengan ketaatan, berlepas diri dan benci dengan kesyirikan.

  1. b)Orang yang bersifat sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al Mukminun ayat 57-60

إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ

وَٱلَّذِينَ هُم بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ

وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ

وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ

Artinya”

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, (QS. Al Mukminun:57-60)

Penjelasan ayat

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,”

Maksud dari ayat di atas yakni membenarkan Al Qur’an dan mentadaburinya dan sibuk dengan Al Qur’an, dia memperhatikannya dan mengamalkan yang ada dalam Al Qur’an. Apa-apa yang Allah perintahkan mereka lakukan dan apa-apa yang Allah larang maka mereka tingalkan. Dan apa-apa yang Allah kabarkan mereka membenarkan dan imani baik yang ghaib maupun tidak. Dan sesuatu yang samar dalam Al Qur’an  mereka kembalikan ilmunya kepada Allah

“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun),

Inilah dia tahqiq tauhid, yakni tidak melakukan kesyirikan selama-lamanya baik asghar maupun akbar. Maka mereka ini orang-orang yang benar-benar men-tahqiq tauhid.

‘”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,

Orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan ketaatan dengan hati yang takut jika amal mereka tidak diterima.

Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka: menafikan pada diri mereka rasa bangga terhadap amal yang mereka lakukan, dia tidak bangga dan dia takut amalnya tidak diterima. Tidak mungkin kita bisa beramal kecuali karna kita mendapat hidayah taufiq dari Allah. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan dalam beribadah kepada Allah. Mereka yakin amalnya semata-mata karunia dari Allah

]والذين هم بربهم لا يشركون[

Artinya:

“Dan orang orang yang tidak mempersekutukan dengan Robb mereka (sesuatu apapun)”. (QS. Al Mu’minun, 59)

( I’anatul mustafidz 78-80)

  1. c) Tidak Meminta Diruqyah, Tidak Melakukan Tathayyur, Tidak Melakukan Kai, dan Bertawakal kepada Allah

Husain bin Abdurrahman As Sulami (salah satu tabi’in yang tsiqoh) berkata: “Suatu ketika aku berada di sisi Said bin Zubair (termasuk dari pembesar tabi’in baik dalam ilmu, wara, dan kefaqihan), lalu ia bertanya : “siapa diantara kalian melihat bintang yang jatuh (bintang yang digunakan untuk melempar syaithan) semalam ?, kemudian aku menjawab : “ aku ”, kemudian kataku : “ ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak sedang melaksanakan sholat, karena aku disengat kalajengking”, lalu ia bertanya kepadaku : “lalu apa yang kau lakukan ?”, aku menjawab : “aku minta di ruqyah ([1])”, ia bertanya lagi : “apa yang mendorong kamu melakukan hal itu ?”(tradisi para salaf selalu beramal dengan dalil), aku menjawab : “yaitu : sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy Sya’by kepada kami”, ia bertanya lagi : “dan apakah hadits yang dituturkan kepadamu itu ?”, aku menjawab : “dia menuturkan hadits kepada kami dari Buraidah bin Hushaib :

“لا رقية إلا من عين أو حمة”

“Tidak boleh Ruqyah kecuali karena ain([2]) atau terkena sengatan (binatang berbisa)”.

(ini tidak menunjukkan pembatasan dalam ruqyah)

Said pun berkata : “Sungguh telah berbuat baik orang yang telah mengamalkan apa yang telah didengarnya, tetapi Ibnu Abbas menuturkan hadits kepada kami dari Rasulullah, beliau bersabda :

“عرضت علي الأمم، فرأيت النبي معه الرهط، والنبي معه الرجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد، إذ رفع لي سواد عظيم، فظننت أنهم أمتي، فقيل لي : هذا موسى وقومه، فنظرت فإذا سواد عظيم، فقيل لي : هذه أمتك، ومعهم سبعون ألفا يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب، ثم نهض فدخل منزله، فحاض الناس في أولئك، فقال بعضهم : فلعلهم الذي صحبوا رسول الله r، وقال بعضهم : فلعلهم الذين ولدوا في الإسلام فلم يشركوا بالله شيئا، وذكروا أشياء، فخرج عليهم رسول الله أخبروه، فقال :” هم الذين لا يسترقون ولا يتطيرون ولا يكتوون وعلى ربهم يتوكلون ” فقام عكاشة بن محصن فقال : ادع الله أن يجعلنى منهم، فقال : أنت منهم، ثم قال رجل آخر فقال : ادع الله أن يجعلني منهم، فقال  :” سبقتك عكاشة “.
“Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat (terjadi pada saat malam isra mi’raj), lalu aku melihat seorang Nabi, bersamanya sekelompok orang, dan seorang Nabi, bersamanya satu dan dua orang saja, dan Nabi yang lain lagi tanpa ada seorangpun yang menyertainya, tiba tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok orang yang banyak jumlahnya, aku mengira bahwa mereka itu umatku, tetapi dikatakan kepadaku : bahwa mereka itu adalah Musa dan kaumnya, tiba tiba aku melihat lagi sekelompok orang yang lain yang jumlahnya sangat besar, maka dikatakan kepadaku : mereka itu adalah umatmu, dan bersama mereka ada 70.000 (tujuh puluh ribu) orang  yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa disiksa lebih dahulu, kemudian beliau bangkit dan masuk ke dalam rumahnya, maka orang orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu ?, ada diantara mereka yang berkata : barangkali mereka itu orang orang yang telah menyertai Nabi dalam hidupnya, dan ada lagi yang berkata : barang kali mereka itu orang orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam hingga tidak pernah menyekutukan Allah dengan sesuatupun, dan yang lainnya menyebutkan yang lain pula.

Kemudian Rasulullah ShallAllahu’alaihi wasallam keluar dan merekapun memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka beliau bersabda : “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah minta ruqyah, tidak melakukan tathoyyur ([3]) dan tidak pernah melakukan kai (meminta lukanya ditempeli besi yang dipanaskan), dan mereka pun bertawakkal kepada tuhan mereka, kemudian Ukasyah bin Muhshon berdiri dan berkata : mohonkanlah kepada Allah  agar aku termasuk golongan mereka, kemudian Rasul bersabda : “ya, engkau termasuk golongan mereka”, kemudian seseorang yang lain berdiri juga dan berkata : mohonkanlah kepada Allah  agar aku juga termasuk golongan mereka, Rasul menjawab : “Kamu sudah kedahuluan Ukasyah” (HR. Bukhori & Muslim)

Hadits 70 ribu orang yang bisa masuk surga tanpa azab dan tanpa hisab tidak menunjukkan pembatasan. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa setiap 1000 dari 70.000 tadi ada 70.000 lagi. Dari Abu Umamah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,

وَعَدَنِى رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِى سَبْعِينَ أَلْفاً بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفاً

Rabbku ‘azza wa jalla telah menjajikan padaku bahwa 70.000 orang dari umatku akan dimasukkan surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Setiap 1000 dari jumlah tersebut terdapat 70.000 orang lagi.” (HR. Ahmad 5: 268. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dan sanad hadits ini hasan). Berarti berdasarkan hadits ini ada 4.900.000 orang yang dimaksud.

Nabi menjelaskan sifat orang-orang yang dapat men-tahqiq tauhid:

  1. Orang yang tidak meminta orang lain untuk meruqyahnya karna kuatnya tawakkal mereka kepada Allah dan karna kemuliaan jiwa mereka untuk merendahkan diri kepada selain Allah.
  2. Tidak meminta orang lain utnuk meng-kai dengan api. Kai hukumnya makruh.
  3. Tidak tathayyur. Tidak menganggap sial karena terbangnya seekor burung ke arah tertentu, atau tidak beranggapan sial dengan bulan/waktu tertentu.
  4. Hanya kepada Allah mereka bertawakkal. Tawakal: hanya bersandar kepada Allah di dalam dia mendapat segala perkara yang bermanfaat dan di dalam mencegah kemudharatan disertai mencari sebab yang terbukti secara syar’I dan qodari.

([1])    Ruqyah, maksudnya di sini, ialah : penyembuhan dengan bacaan ayat-ayat Al qur’an atau doa-doa.

([2])  Ain, yaitu : pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang, melalui pandangan matanya. Disebut juga penyakit mata.

([3])  Tathoyyur ialah : merasa pesimis, merasa bernasib sial, atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya atau apa saja.

([4])  Karena beliau bersabda kepada seseorang : “Kamu sudah kedahuluan Ukasyah”, dan tidak bersabda kepadanya : “Kamu tidak pantas untuk dimasukkan ke dalam golongan mereka”.

Adab Menuju Shalat

 

Kita sangat butuh terhadap adab ini untuk kita amalkan sebagai persiapan untuk melaksanakan shalat karena shalat merupakan ibadah yang agung yang selakyaknya didahului dengan persiapan yang sesuai supaya seorang muslim masuk dalam ibadah ini dengan penampilan yang paling sempurna.

Adab yang pertama: apabila anda berjalan menuju masjid untuk menunaikan shalat bersama jamaah kaum muslimin maka hendaknya berjalan dengan penuh ketenangan dan wibawa.

Yang dimaksud ketenangan adalah tenang dan pelan-pelan, tidak tergesa-gesa ketika berjalan.

Kemudian tenang, ghadur bashar, merendahkan suara (tidak berteriak-teriak), dan tidak banyak menoleh.

Adapun hadits yang menunjukkan disyariatkannya tenang dalam berjalan dalam shalat adalah hadits dalam shahihain:

إِذَا سَمِعْتُمْ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلَا تُسْرِعُوا فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا

 

 “Jika kalian mendengar iqamat dikumandangkan, maka berjalanlah menuju shalat, dan hendaklah kalian berjalan dengan tenang dan jangan tergesa-gesa. Apa yang kalian dapatkan dari shalat maka ikutilah, dan apa yang kalian tertinggal maka sempurnakanlah.”(HR. Al-Bukhari no. 117 dan Muslim no. 602)

 

Dari Abu Qatadah -radhiallahu anhu- dia berkata:

 

بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ جَلَبَةَ رِجَالٍ. فَلَمَّا صَلَّى, قَالَ: مَا شَأْنُكُمْ؟ قَالُوا: اسْتَعْجَلْنَا إِلَى الصَّلَاةِ. قَالَ: فَلَا تَفْعَلُوا إِذَا أَتَيْتُمْ الصَّلَاةَ فَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا

 

 “Ketika kami sedang shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka tiba-tiba beliau mendengar suara gaduh beberapa orang. Maka setelah selesai, beliau bertanya, “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab, “Kami tergesa-gesa mendatangi shalat.” Beliau pun bersabda, “Janganlah kalian berbuat seperti itu. Jika kalian mendatangi shalat maka datanglah dengan tenang, apa yang kalian dapatkan dari shalat maka ikutilah, dan apa yang kalian tertinggal maka sempurnakanlah.” (HR. Al-Bukhari no. 599 dan Muslim no. 603)

 

Adab kedua: hendaknya kamu keluar menuju masjid dengan bersegera (diawal waktu) agar kamu mendapat takbiratul ihram.

Barang siapa yang mendapat takbiratul ihram imam selama 40 hari akan dicatat baginya dua hal.

“siapa yang shalat karena Allah empat puluh hari secara berjamaah dia mendapatkan takbir yang pertama maka akan dicatat baginya dua pembebasan: kebebasan dari neraka dan kebebasan dari kemunafikan” (HR. Tirmidzi)

Sa’id bin Musayyib pernah berkata bahwa selama 20 tahun dia mendapat takbiraul ihram imam.

Pendekkanlah langkahmu ketika berjalan menuju shalat agar pahala yang kau mendapatkan banyak pahala.

Dalam shahihain:

Nabi ﷺ bersabda: apabila salah seorang kalian berwudhu dan menyempurnakannya dan dia keluar menuju masjid. Tidak ada yang membuatnya keluar kecuali shalat. tidaklah ia melangkahkan kakinya kecuali diangkat untuknya satu derajad dan dengan langkah itu akan dihapus satu kesalahannya.

Adab ketiga: apabila anda sampai di depan pintu masjid maka dahulukan kaki kanan ketika masuk dan bacalah:

أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، [بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلاَةُ][وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ] اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dengan wajahNya Yang Mulia dan kekuasaanNya yang abadi, dari setan yang terkutuk.[1] Dengan nama Allah dan semoga shalawat[2] dan salam tercurahkan kepada Rasulullah[3] Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmatMu untukku.”

  1. Muslim 1/494

 

Dan ketika keluar dahulukan kaki kiri dan bacalah:

 

– بِسْمِ اللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ، اَللَّهُمَّ اعْصِمْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.

Artinya: “Dengan nama Allah, semoga sha-lawat dan salam terlimpahkan kepada Rasulullah. Ya Allah, sesungguhnya aku minta kepadaMu dari karuniaMu. Ya Allah, peliharalah aku dari godaan setan yang terkutuk”.

 

Masjid merupakan tempat dibukakannya pintu rahmat dan ketika keluar masjid merupakan tempat mencari rizki yang merupakan karunia dari Allah Shahih Ibnu Majah 129

 

Adab keempat: jika telah masuk masjid maka jangan duduk sampai shalat dua rakaat tahiyatul masjid sebagai penghormatan terhadap masjid

 

Rasulullah ﷺ bersabda: ”apabila kalian masuk masjid maka janganlah duduk sampai ia shalat dua rakaat” (HR. Muslim)

 

Hukum asal larangan adalah haram sampai ada dalil yang memalingkannya. Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat tahiyatul masjid hukumnya wajib karena tidak ada yang memalingkan namun yang lebih kuat adalah ada dalil yang memalingkan sehingga hukumnya turun menjadi sunnah.

 

Adab kelima: hendaknya duduk menunggu shalat dengan kondisi sibuk dengan dzikir, tilawah al quran, dan menjauhi perbuatan yang sia-sia.

 

Contoh perbuatan sia-sia adalah tasybik (menganyam kedua jari). Telah datang larangan tasybik ketika menunggu shalat:

”ketika salah seorang diantara kalian di masjid janganlah melakukan tasybik akrena itu dari setan”

 

Adapun orang yang di masjid tidak untuk menunggu shalat maka tidak dilarang untuk tasybik.

Nabi pernah melakukan tasybik setelah salam dari shalat.

 

Adab keenam: dalam menunggu shalat dalam masjid janganlah tenggelam dalam pembicaraan dunia

 

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa membicarakan perkara dunia ketika menunggu shalat bisa memakan kebaikan sebagaimana kayu membakar kayu bakar namun haditsnya lemah sehingga hal ini tidak sampai haram mungkin makruh saja kecuali menggibah dan yang semisalnya maka ini bisa memakan kebaikan kita.

 

Seorang hamba dihitung shalat selama dia menunggu shalat dan malaikat memohon ampun kepada Allah untuknya selama anda menunggu shalat. Janganlah kamu melakukan perbuatan sia-sia dan menyibukkan diri dengan katanya dan katanya.

 

 

 

[1] HR. lihat Shahih Al-Jami’ no.4591.

[2] HR. Ibnu As-Sunni no.88, dinyatakan Al-Albani “hasan”.

[3] HR. Abu Dawud, lihat Shahih Al-Jami’ 1/528.

Sebab Kesengsaraan Hidup

Berkata Mustafa Ar Rafi’i yang merupakan seorang sastrawan mesir:

Ada tiga sebab paling penting yang menjadikan kesengsaraan hidup:

  1. Ajz
  2. Rendahnya cita-cita
  3. Tidak bisa mengambil keputusan

 

Penjelasan:

‘Ajz

‘Ajz (ketidakmampuan), ini menyebabkan seorang bagaikan bangunan yang keropos.
‘Ajz ini ada dua macam:
1. Dia belum mencoba namun merasa tidak mampu
2. Orang yang sudah berani mencoba namun hanya sekali dan setelah itu ia tidak mau mencobanya lagi Idealnya, seorang muslim memiliki jiwa petarung yang tidak mundah menyerah. Keadaan jiwa yang baik yakni ia bagai seorang petarung yang akan terus mencoba jika hal tersebut akan memberi manfaat pada dirinya

 

Rendahnya cita-cita

Hal ini menjadikan manusia sebagaimana binatang, yang dia pikirkan adalah pokoknya yang penting masih hidup apapun keadaannya

 

Tidak bisa mengambil keputusan

Tidak bisa mengambil keputusan (goncangnya pikiran). Dia sekedar bingung dan terus bingung tanpa keputusan akhir. Orang semacam ini tak akan bisa berkarya.

Hasil dari ketiga hal di atas adalah  satu kata yakni “penyesalan”

 

Sumber:

Syarah Al Wasail Mufidah Li Hayatis Sa’idah

Dampak Negatif Galau

Dampak negatif orang yang sibuk dengan galaunya

Orang yang sibuk dengan kesedihannya baik kesusahan, kegalauan, kecemasan maka dia kehilangan dan tidak mampu melakukan 5 hal:

  1. Berperan untuk orang di sekitarnya
    orang yang galau tidak bisa berperan bagi orang-orang di sekitarnya karena pikirannya pecah kemana-mana, maka dia membutuhkan peran dan belas kasihan orang lain.
  2. Hal-hal yang beresiko
    Orang yang sedang berada dalam kegalauan yang parah, ia tidak mungkin diajak melakukan aktivitas yang penuh keberanian karena orang semacam ini merasakan kelemahan fisik dan kelemahan mental (kemauan). Dia tidak bisa diajak berlari untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Jika ada kemampuan namun tidak ada kemauan maka tidak akan terwujud aktivitas karena aktivitas akan terwujud ketika kemampuan fisik mampu dan dia mampu melakukannya.
  3. Tidak bisa tersenyum
    Orang yang galau tidak bisa tersenyum, apalagi berwajah ceria karena dia adalah orang yang seakan-akan orang yang sangat sedih, ia tidak bisa merasakan kenikmatan dalam berbagai hal.
    Ibnu Taimiyah berkata, “Galau adalah sebab kenyang”
  4. Tidak memiliki optimisme hidup
    Hal ini karena dia berpandangan bahwa musibah besar akan menimpanya dan dia berpandangan bahwa akan tiba padanya kesusahabn hidup yang bertubi-tubi dan dia percaya bahwa itu takdir yang menimpa dirinya. Tidak ada ruang untuk berbaik sangka pada Allah dan pada dirinya sendiri
  5. Tidak bisa berkarya
    Dalam dirinya terdapat banyak hal remeh yang dia anggap besar yang itu meilit dirinya dalam segala penjuru, dia hidup dalam khayalan, dan sibuk dengan hal kosong yang tidak mewakili hakikat senyatanya.

 

Sumber:

Syarah Al Wasail Mufidah Li Hayatis Sa’idah

Faidah Hadits Ketiga Arba’in Nawawiyah

HADITS KETIGA

 

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.        رواه الترمذي ومسلم

 

 

Kosa kata / مفردات :

سمعتُ  : (saya) mendengar بُنِيَ- بَنَى  : Dibangun

 

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Alh- Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan berpuasa Ramadhan.  (Riwayat Turmuzi dan Muslim)

Kedudukan Hadits

Hadits ini merupakan hadits yang agung karena menyebutkan tonggak-tonggak Islam atau yang disebut dengan Rukun Islam. Berpangkal dari kelima rukun tersebut Islam dibangun.

 

Faidah Hadits Ketiga Arba’in Nawawi

Macam-macam penggunaan istilah Islam

 

Istilah islam digunakan dalam dua bentuk, yaitu:

 

  1. Islam ‘Am (secara umum) berarti berserah diri kepada Allah dengan cara bertauhid, tunduk kepada-Nya dalam bentuk ketaatan serta bersih dan benci dari syirik dan penganutnya. Islam dalam pengertian ini merupakan ke-Islam-an makhluk secara umum tak seorangpun keluar dari ketentuan ini baik suka atau-pun terpaksa. Islam seperti ini-lah Islam yang diajarkan oleh seluruh rasul.

 

  1. Islam Khos (secara khusus) berarti Islam yang dibawa oleh Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam, yaitu: mencakup Islam dengan makna ‘am yang sesuai dengan tuntunan Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam. Jika istilah Islam datang secara mutlaq maka maksudnya adalah Islam khos.

 

1. Syahadatain

 

Syahadat berasal dari kata -Syahada yusyahidu – yang berarti menyaksikan langsung

 

Syahadat “Laailaaha illallah” mencakup dua hal:

  1. Pengakuan lisan. Jadi harus diucapkan
  2. Pengakuan dalam hati
  3. Menjalankan konsekuensi dari kalimat “Laa ilaaha ilallah”

 

Pada kenyataannya, di dunia ini ada banyak hal yang dijadikan sesembahan, jadi makna “laa ilaaha ilallah” yang benar adalah tidak ada sesembahan yang haq (benar) kecuali Allah

 

Syahadat tidaklah sah sehingga terkumpul padanya tiga hal: keyakinan hati, ucapan lisan dan menyampaikan kepada orang lain.

 

Makna syahadat “laa ilaha illallahu” adalah meniadakan hak disembah pada selain Allah dan menetapkan hanya Allah-lah yang berhak untuk disembah. Konsekuensinya yakni harus mentauhidkan Allah dalam semua ibadah, oleh karena itu kalimat tersebut dinamakan sebagai kalimat tauhid.

 

Makna syahadat “Muhammad Rasulullah” adalah meyakini dan menyatakan bahwa Muhammad bin Abdillah adalah benar-benar utusan Allah yang mendapatkan wahyu berupa Kalamullah untuk disampaikan kepada manusia seluruhnya. Dan dia adalah penutup para Rasul. Konsekuensi dari syahadat ini yaitu membenarkan beritanya, mentaati perintahnya, menjauhi larangannya dan beribadah kepada Allah hanya dengan syar’iatnya .

 

Utusan Allah dari kalangan manusia mendapatkan wahyu melalui utusan Allah dari kalangan malaikat maka tidak-lah mereka langsung mendapatkan dari Allah kecuali pada sebagian, sesuai dengan kehendak Allah.

 

Beberapa poin mengenai hal ini:

  1. Allah menjadikan nabi sebagai perantara dalam penyampaian wahyu, jadi tidak ada ilmu laduni [1]
  2. Setiap orang wajib taat dan mengikuti pada perintah dan larangan Nabi  karena setiap sabda nabi adalah wahyu dari Allah
  3. Setiap berita yang datang dari Nabi adalah benar dan jujur yang itu disampaikan lewat wahyu
  4. Setiap orang yang mau beribadah harus melalui ajaran Nabi

 

 

2. Sholat

Sholat yang dimaksud di sini adalah sholat 5 waktu sehari semalam

 

Apa yang dimaksud mendirikan sholat?

 

Hendaknya ketika sholat memenuhi syarat, rukun, dan kewajiban-kewajiban dalam sholat dan semakin disempurnakan lagi dengan melakukan Sunnah sholat

 

 

3. Zakat

Zakat secara Bahasa artinya tumbuh dan bertambah. Jika dia berzakat maka hartanya akan bertambah dan semakin berkah meskipun secara fisik jumlahnya berkurang

 

Sedekah tidaklah mengurangi harta. Berkata Imam Nawawi rahimahullah:

 

  1. Sedekah tidaklah mengurangi harta. Maksudnya jumlah hartanya berkurang tetapi ditutupi dengan keberkahan, jadi meskipun hartanya sedikit tetapi berkah.
  2. Kekurangan tadi ditutup dengan pahala

 

Adapun zakat secara istilah adalah mengeluarkan persenan tertentu dari harta dari harta-harta tertentu dan disalurkan untuk 8 golongan

 

4. Haji

Haji dalam lafadz hadits ini didahulukan dari puasa.

Penjelasan ulama: karena nabi ingin mengurutkan, sholat ibadah dengan anggota badan, zakat dengan harta, haji dengan anggota badan dan harta, baru kemudian disebutkan puasa

 

Haji secara Bahasa menuju sesuatu. Yang dituju yaitu baitullah

 

 

5. Puasa

Puasa di bulan Ramadhan.

 

Penentuan awal dan akhir tahun tidak ditetapkan oleh nabi, beberapa masa setelahnya setelah masa nabi baru ada ijtihad tentang awal bulan

 

Puasa secara istilah yaitu menahan diri dari pembatal puasa dari terbit fajar suubh sampai terbenam matahari

 

Dari 5 rukun Islam yang ada, 3 rukun dilakukan dengan memperhatikan bulan yakni puasa, zakat, dan haji

 

Hukum meninggalkan rukun Islam

 

Rukun artinya tiang-tiang pokok. Jika rukun tidak ada maka islam tidak ada

 

Hukum meninggalkan Rukun Islam dapat diperinci sebagai berikut:

  1. Meninggalkan syahadatain hukumnya kafir secara ijma’.
  2. Meninggalkan shalat hukumnya kafir menurut sebagian ulama atau ijma’ sahabat.

 

Salaf: meninggalkan sholat itu kafir dan hal itu tidak diperselisihkan para ulama

 

Sahabat nabi tidak pernah memandang perkara yang bisa membuat kafir jika ditinggalkan kecuali sholat. Jumhur ulama berpendapat bahwasanya meninggalkan sholat adalah fasiq. Pendapat dalam mazhab Hambali: meninggalkan sholat hukumnya kafir.

Dalil yang dipakai sebagian ulama mengenai kafirnya yang meninggalkan sholat:

 

iblis yang tidak mau sujud saja kafir maka apalagi yang meninggalkan sholat

 

Dari 5 rukun islam tadi jihad tidak dimasukkan dari rukun islam

Ibnu rajab  menjelaskan bahwa dalam hal ini ada beberapa alasan:

  1. jihad menurut jumhur hukumnya fardhu kifayah bukan fardhu ‘ain berbeda dengan rukun islam yang kita bahas. Sholat, puasa, zakat, haji semua harus dilakukan jika mampu.
  2. jihad tidak berlaku sepanjang waktu. Syahadat dan sholat harus ada setiap waktu

 

Meninggalkan rukun yang lainnya (selain syahadat dan shalat) hukumnya tidak kafir menurut jumhur ulama.

 

Meninggalkan disini dalam arti tidak mengerjakan dengan meyakini kebenarannya dan kewajibannya, adapun jika tidak meyakini kebenarannya dan kewajibannya maka hukumnya kafir walaupun mengerjakannnya.

 

Setiap rukun islam yang ditinggalkan semua ulama sepakat hal ini dosa besar

 

Pembagian Rukun Islam

 

Rukun islam terbagi menjadi empat kelompok yaitu:

  1. Amal i’tiqodiyah yaitu syahadataian
  2. Amal badaniyah yaitu solat dan puasa.
  3. Amal maliyah yaitu Zakat.
  4. Amal badaniyah dan maliyah yaitu haji.

Mengerti arti Bacaan Sholat

Sebenarnya jika kita tanya hati kita paling dalam. Apakah kita mengerti dengan semua bacaan Sholat yang kita baca? Memang jika kita ingin mengetahui dan mengerti apa yg kita lafadzkan saat kita Sholat, maka hal itu akan sangat jauh lebih baik, malah mungkin jika kita resapi kita akan mendapatkan apa  itu ke Khusyuk an dlm melaksanakan Sholat Fardhu kita. Rasulullah SAW bersabda “sholatlah seakan-akan engkau sedang melihat Tuhan atau Tuhan sedang melihatmu” ( Rukun Ihsan ).

Mari kita mulai belajar meresapi arti dari bacaan Sholat kita. Karena Sholat merupakan Dzikir yang sempurna.
Takbir
Takbiratul Ihram —-> ALLAAHU AKBAR

(Allah Maha Besar)

Iftitah

Allaahu akbar kabiira, walhamdulillaahi katsiira, wa subhanallaahi bukrataw, waashiila.

(Allah Maha Besar, dan Segala Puji yang sangat banyak bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi, dan petang).

Innii wajjahtu wajhiya, lillazii fatharassamaawaati walardha, haniifam, muslimaa, wamaa ana minal musrykiin.
(Sungguh aku hadapkan wajahku kepada wajahMu, yang telah menciptakan langit dan bumi, dengan penuh kelurusan, dan penyerahan diri, dan aku tidak termasuk orang-orang yang mempersekutuan Engkau/Musryik)

Innasshalaatii, wa nusukii, wa mahyaaya, wa mamaati, lillaahi rabbil ‘aalamiin.
(Sesungguhnya shalatku, dan ibadah qurbanku, dan hidupku, dan matiku, hanya untuk Allaah Rabb Semesta Alam).

Laa syariikalahu, wabidzaalika umirtu, wa ana minal muslimiin.

(Tidak akan aku menduakan Engkau, dan memang aku diperintahkan seperti itu, dan aku termasuk golongan hamba yang berserah diri kepadaMu)

 

Al Fatihah

Adapun Rasulullah SAW pada waktu membaca surah Al-Faatihah senantiasa satu napas per satu ayatnya, tidak terburu-buru, dan benar-benar memaknainya. Surah ini memiliki khasiat yang sangat tinggi sekali.
Mari kita hafal terlebih dahulu arti per ayatnya sebelum kita memaknainya.

Bismillaah, arrahmaan, arrahiim (Bismillaahirrahmaanirrahiim)

(Dengan nama Allaah, Maha Pengasih, Maha Penyayang)

Alhamdulillaah, Rabbil ‘aalamiin
(Segala puji hanya milik Allaah, Rabb semesta ‘alam)

Arrahmaan, Arrahiim
(Maha Pengasih, Maha Penyayang)

Maaliki, yaumiddiin
(Penguasa, Hari Pembalasan/Hari Tempat Kembali)

Iyyaaka, na’budu, wa iyyaaka, nasta’iin
(Hanya KepadaMulah, kami menyembah, dan hanya kepadaMulah, kami mohon pertolongan)

Ihdina, asshiraathal, mustaqiim
(Tunjuki kami, jalan, golongan orang-orang yang lurus)

Shiraath, alladziina, an’am, ta ‘alayhim

(Jalan, yang, telah Engkau beri ni’mat, kepada mereka)

Ghayril maghduubi ‘alaihim, wa laddhaaaalliiin.

(Bukan/Selain, (jalan) orang-orang yang telah Engkau murkai, dan bukan (jalan) orang-orang yang sesat)

Melanjutkan tulisan yang ketiga, maka setelah membaca Surah Al-Faatihah, maka hendaknya kita membaca ayat-ayat Al-Qur’an.

Rasulullah bersabda “Apabila engkau berdiri utk shalat bertakbirlah lalu bacalah yg mudah dari al-Qur’an “.

 

Ruku’

Lalu ruku’, dimana ketika ruku’ ini beliau mengucapkan :
Subhaana, rabbiyal, ‘adzhiimi, Wabihamdihi
(Maha Suci, Tuhanku, Yang Maha Agung)
—-> dzikir ini diucapkan beliau sebanyak tiga kali.
(Hadits Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, Ad-Daaruquthni, Al-Bazaar, dan Ath-Thabarani)

Rasulullah sering sekali memperpanjang Ruku’, Diriwayatkan bahwa :

“Rasulullaah SAW, menjadikan ruku’nya, dan bangkitnya dari ruku’, sujudnya, dan duduknya di antara dua sujud hampir sama lamanya.”
(Hadits  Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)
I’tidal

Pada saat ketika kita i’tidal atau bangkit dari ruku, dengan mengangkat kedua tangan sejajar bahu ataupun sejajar telinga, seiring Rasululullah SAW menegakkan punggungnya dari ruku’ beliaumengucapkan:

Sami’allaahu, li, man, hamida, hu
“Mudah-mudahan Allah mendengarkan (memperhatikan) orang yang memujiNya”.

(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim)

“Apabila imam mengucapkan “sami’allaahu liman hamidah”, maka ucapkanlah “rabbanaa lakal hamdu”, niscaya Allah memperhatikan kamu. Karena Allah yang bertambah-tambahlah berkahNya, dan bertambah-tambahlah keluhuranNya telah berfirman melalui lisan NabiNya SAW(Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, dan Abu Daud)

 

Hal ini diperkuat pula dengan : Disaat Rasulullah sedang Sholat berjamaah, lalu ketika I’tidal beliau mengucapkan “Sami’allaahu, li, man, hamidah” lalu ada diantara makmun mengucapkan“Rabbanaa lakal hamdu”, Lalu pada selesai Sholat, Rasul bertanya “Siapakah gerangan yang mengucap “Rabbanaa lakal hamdu”, ketika aku ber I’tidal? Aku melihat para malaikat berlomba lomba untuk menulis kebaikan akan dirimu dari jawaban itu”.

Maka sudah cukup jelas bahwa mari kita mulai melafalkan :
Rabbanaa, lakal, hamdu
(Ya Tuhan kami, bagiMulah, segala puji)

Kesmpurnaan lafadzh diatas :
mil ussamaawaati, wa mil ul ardhi, wa mil u maa shyi’ta, min shai in, ba’du
(Sepenuh langit, dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki, dari sesuatu, sesudahnya)
(Kalimat diatas didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu ‘Uwanah)
Sujud

Ketika kita sujud, maka dengan tenang hendaknya kita mengucapkan do’a  sujud seperti yang telah dicontohkan Rasulullaah SAW.
Dzikir ini beliau ucapkan sebanyak tiga kali, dan kadangkala beliau mengulang-ulanginya lebih daripada itu.

Subhaana, rabbiyal, a’laa, wa, bihamdi, hi
(Maha Suci, Tuhanku, Yang Maha Luhur, dan, aku memuji, Nya)

Duduk antara dua Sujud

Ketika kita bangun dari sujud, maka hendaklah kita melafadzkan seperti yang dilakukanRasulullaah, dan bacalah do’a tersebuh dengan sungguh-sungguh, perlahan-lahan, dan penuh pengharapan kepada Allah SWT. Di dalam duduk ini, Rasulullah SAW  mengucapkan :
Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii
wahdinii, wa ‘aafinii, Wa’Fuanni

(Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah kekuranganku, sehatkanlah aku, dan berilah rizqi kepadaku)

Dari Hadits yang diriwayatkan Muslim, bahwa Rasulullaah saw, kadangkala duduk tegak di atas kedua tumit dan dada kedua kakinya. Beliau juga memanjangkan posisi ini sehingga hampir mendekati lama sujudnya (Al-Bukhari dan Muslim).

Duduk At-Tasyaahud Awal

 

  1. Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Abu ‘Uwanah, Asy-Syafi’i, dan An-Nasa’i.
    Dari Ibnu ‘Abbas berkata, Rasulullaah telah mengajarkan At-Tasyahhud kepada kami sebagaimana mengajarkan surat dari Al-Qur’an kepada kami. Beliau mengucapkan :

    Attahiyyaatul mubaarakaatusshalawaatutthayyibaatulillaah.
    Assalaamu ‘alayka ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wa barakaatuh.
    Assalaamu ‘alayna wa ‘alaa ‘ibaadillaahisshaalihiin.
    Asyhadu allaa ilaaha illallaah.

      Wa asyhadu annaa muhammadarrasuulullaah.
(dalam riwayat lain : Wa asyhadu annaa, muhammadan, ‘abduhu, warasuuluh)

  1. 2. Menurut hadist yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari, Muslim, dan Ibnu Abi Syaibah.
    Dari Ibn Mas’ud berkata, Rasulullaah saw telah mengajarkan at-tasyaahud kepadaku, dan  kedua telapak tanganku (berada) di antara kedua telapak tangan beliau – sebagaimana beliau mengajarkan surat dari Al-Qur’an kepadaku : —-> (Mari diresapi setiap katanya sehingga shalat kita lebih mudah untuk khusyuk)

    Attahiyyaatulillaah, wasshalawatu, watthayyibaat.

    (Segala ucapan selamat adalah bagi Allaah, dan kebahagiaan, dan kebaikan).

    Assalaamu ‘alayka
    *, ayyuhannabiyyu, warahmatullaah, wa barakaatuh.
    (Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu , wahai Nabi, dan beserta rahmat Allah, dan berkatNya).

    Assalaamu ‘alaynaa, wa ‘alaa, ‘ibaadillaahisshaalihiiin.

    (Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kami pula, dan kepada sekalian hamba-hambanya yang shaleh).Asyhadu, allaa, ilaaha, illallaah.
    (Aku bersaksi, bahwa tiada, Tuhan, kecuali Allah).

    Wa asyhadu, anna muhammadan, ‘abduhu, wa rasuluhu.

    (Dan aku bersaksi, bahwa muhammad, hambaNya, dan RasulNya).

Notes : * Hal ini ketika beliah masih hidup, kemudian tatkala beliau wafat, maka para shahabat mengucapkan :
Assalaamu ‘alannabiy
(Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada Nabi).

Bacaan shalawat Nabi SAW di akhir sholat
Rasulullah SAW. mengucapkan shalawat atas dirinya sendiri di dalam tasyahhud pertama dan lainnya. Yang demikian itu beliau syari’atkan kepada umatnya, yakni beliau memerintahkan kepada mereka untuk mengucapkan shalawat atasnya setelah mengucapkan salam kepadanya dan beliau mengajar mereka macam-macam bacaan salawat kepadanya.

Berikut kita ambil sebuah hadits yang sudah umum/biasa kita lafadzkan, diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Al-Humaidi, dan Ibnu Mandah.

Allaahumma, shalli ‘alaa  muhammad, wa ‘alaa, aali  muhammad.
(Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada, keluarga Muhammad)

Kamaa, shallayta, ‘alaa  ibrahiim, wa ‘alaa, aali  ibraahiim.
(Sebagaimana, Engkau telah memberikan kebahagiaan, kepada Ibrahim, dan kepada, keluarga Ibrahim).

Wa ‘barikh alaa  muhammad, wa ‘alaa aali  muhammad.

(Ya Allah, berikanlah berkah, kepada Muhammad, dan kepada, keluarga Muhammad)

Kamaa, baarakta, ‘ala  ibraahiim, wa ‘alaa, aali  ibraahiiim.
(Sebagaimana, Engkau telah memberikan berkah, kepada ibrahim, dan kepada, keluarga Ibrahim).

Fil Allamina Innaka, hamiidummajiid.

(Sesungguhnya Engkau, Maha Terpuji lagi Maha Mulia).

Salam
“Rasulullah SAW. mengucapkan salam ke sebelah kanannya :

 

Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh

(Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu sekalian serta rahmat Allah, serta berkatNya),

sehingga tampaklah putih pipinya sebelah kanan. Dan ke sebelah kiri beliau mengucapkan :Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah

(Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu sekalian serta rahmat Allah), sehingga tampaklah putih pipinya yang sebelah kiri.”

( Hadist Riwayat : Abu Daud, An-Nasa’i, dan Tirmidzi )

Mari di perhatikan, bahwa ternyata ucapan kita ketika menoleh ke kanan (salam yang pertama) lebih lengkap daripada ucapan kita ketika menoleh ke kiri (salam yang kedua )

————————————————————————————————————————-

Subhanallah dan Alhamdulillah, Maha Benar Allah atas segala FirmanNya. Luar biasa sekali ya arti dari bacaan Sholat ini. Makin merunduk kita, makin terlihat kecil kita, makin menangis kita.

Saya berharap agar ini menjadi bagian dari jalan kemudahan untuk kita di dalam menggapaikhusyuk dan memahami setiap gerakan yang kita lakukan. Maka jika kita tahu dan mengerti akannikmatnya shalat itu, mari kita share ke keluarga kita.

Selamat meresapi dan jangan lupa untuk share ke orang orang yang kita cintai.

 

Perkenalan (1)

HIWAR (PERCAKAPAN)

التَّعَارُف
At Ta’aaruf
PERKENALAN (1)
.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ :خَالِد
Assalamu’alaykum

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ :خَلِيْل
Wa’alaykumussalam

اِسْمِيْ خَالِد، مَا اسْمُكَ ؟ :خَالِد
ismii Khalid, masmuka?
Namaku Khalid, siapa namamu?

اِسْمِيْ خَلِيْل :خَلِيْل
Ismii khalil
Namaku Khalil

كَيْفَ حَالُكَ ؟ :خَالِد
Kaifa haluka?
Bagaimana keadaanmu (apa kabar)?

بِخَيْرٍ، وَالْحَمْدُ للهِ. وَكَيْفَ حَالُكَ أَنْتَ ؟ :خَلِيْل
Bikhairin, walhamdulillah, wa kaifa haluka anta?
Baik, alhamdulillah. Kalau kamu bagaimana?

بِخَيْرٍ، وَالْحَمْدُ للهِ :خَالِد
Bikhairin, walhamdulillah
Baik, alhamdulillah

Ulangi kegiatan di atas hingga lancar lalu praktikkan bersama orang lain

Jangan lupa like dan share Kajian Bahasa Arab

Semangat belajar bahasa arab….

Tafsir Bismillah

Tafsir Bismillahirrahmaanirrahiim

Berkata Syaikh As Sa’dai rahimahullah:

} بِسْمِ اللَّهِ { أي: أبتدئ بكل اسم لله تعالى, لأن لفظ } اسم { مفرد مضاف, فيعم جميع الأسماء ]الحسنى[

Bismillah maknanya yakni aku memulai dengan seluruh nama Allah, karena lafadz (اسْمِ)  disini mufrad (tunggal) yang disandarkan kepada Allah sehingga mencakup seluruh nama yang baik.

Penjelasan:

Dalam redaksi arab jika suatu kata yang berbentuk tunggal disandarkan pada sesuatu, berarti mencakup makna yang umum sehingga maknanya menjadi dengan seluruh makna Allah.

Ba’ (ب) pada bismillah di sini adalah untuk isti’anah (meminta pertolongan), kita memohon pertolongan kepada Allah dengan nama-Nya dalam perbuatan kita. Misalnya بسم الله أكتب (dengan menyebut nama Allah saya menulis)

 

Berkata Syaikh As Sa’di rahimahullah:

}اللَّهِ { هو المألوه المعبود, المستحق لإفراده بالعبادة, لما اتصف به من صفات الألوهية وهي صفات الكمال

Allah dialah sesembahan yang diibadahi. Allah lah yang berhak di-esa-kan dalam setiap ibadah karena Allah disifati dengan sifat uluhiyah dan ini sifat yang sempurna.

Penjelasan:

Ulama berbeda pendapat apakah nama Allah itu isim jamid1 atau isim musytaq2 dan syaikh As Sa’di menguatkan pendapat bahwa nama Allah adalah isim musytaq. Nama Allah adalah nama yang paling agung karena semua nama nanti kembali pada Allah.

 

Berkata Syaikh As Sa’di rahimahullah:

} الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ { اسمان دالان على أنه تعالى ذو الرحمة الواسعة العظيمة التي وسعت كل شيء, وعمت كل حي, وكتبها للمتقين المتبعين لأنبيائه ورسله. فهؤلاء لهم الرحمة المطلقة, ومن عداهم فلهم نصيب منها.

 

Ar Rahman Ar Rahim merupakan dua nama yang menunjukkan bahwa Allah mempunyai rahmat yang luas dan agung, yang mencakup segala sesuatu yang hidup dan Allah tuliskan rahmat-Nya untuk orang yang bertaqwa dan mengikuti nabi & rasul. Merekalah orang yang bertaqwa yang mendapat rahmat yang sempurna adapun selain meareka mendapat bagian darinya

 

Penjelasan:

Ar Rahman dan Ar Rahim mempunyai perbedaan

  1. Ar Rahman lebih kuat maknanya dari Ar Rahim karena Ar Rahman dari wazan fa’lan yang bermakna ‘yang dipenuhi sesuatu’ misalnya ghadban artinya yang dipenuhi kemarahan. Rahman artinya yang dipenuhi rahmat oleh Allah. Dalam surat Thaha ayat 5 disebutkan bahwa “Ar Rahman istiwa’ di atas Arsy”. Sebagaimana Arsy merupakan makhluk Allah yang terbesar yang meliputi makhluk-makhluk di bawahnya maka Allah Ar Rahman yang rahmatnya mencakup segala sesuatu yang mencakup seluruh makhluk-Nya.

 

  1. Ar Rahman adalah sifat sedangkan Ar Rahim adalah perbuatan.

Dalilnya adalah

ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

Artinya: (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang menetap tinggi di atas ‘Arsy. (QS: Thaha:5)

وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

 

Artinya: “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”
(QS: Al-Ahzab Ayat: 43)

 

  1. Allah tidak memberi sifat hamba kepada siapapun dengan Ar Rahman namun Allah mensifati sebagian makhluknya dengan Ar Rahim.

 

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌۭ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌۭ

Artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah: 128)

Tidak boleh menamai hamba dengan Ar Rahman, wajib baginya mengganti nama tersebut misalnya dengan nama Abdurrahman

 

Berkata syaikh As Sa’di rahimahullah:

واعلم أن من القواعد المتفق عليها بين سلف الأمة وأئمتها, الإيمان بأسماء الله وصفاته, وأحكام الصفات.

Ketahuilah, diantara kaidah-kaidah yang disepakati salaful ummah dan para imam bahwasanya kita beriman kepada Allah dan sifat-Nya, serta hukum-hukum yang berkaitan dengan sifat

Penjelasan: kita harus betul-betul beriman dengan keimanan yang sempurna terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah, setiap sifat Allah memiliki konsekuensi. Ini merupakan keyakinan ahlussunnah dengan tanpa ta’thil3, tahrif4, dan tasybih5

 

Berkata syaikh As Sa’di rahimahullah:

فيؤمنون مثلا, بأنه رحمن رحيم, ذو الرحمة التي اتصف بها, المتعلقة بالمرحوم. فالنعم كلها, أثر من آثار رحمته, وهكذا في سائر الأسماء. يقال في العليم: إنه عليم ذو علم, يعلم]به [ كل شيء, قدير, ذو قدرة يقدر على كل شيء.

Mereka beriman contohnya Allah Ar Rahman Ar Rahim. Allah memiliki rahmat yang Allah berisifat dengannya, yang berhubungan dengan yang disifati. Semua nikmat merupakan pengaruh dari rahmat-Nya. Demikian pula pada seluruh nama yang lainnya. Misalnya Allah Al ‘Alim maknanya Allah yang memiliki ilmu dan Allah mengetahui segala sesuatu. Allah Al Qadir yang memiliki kekuasaan yang mampu melakukan segala sesuatu.

Penjelasan:

Allah Ar Rahman dan Allah Ar Rahim yang ini mempunyai makna berupa sifat. Dalam menetapkan nama dan sifat ada konsekuensinya. Dalam menetapkan nama berarti juga menetapkan sifat, misalnya Allah memiliki nama Ar Rahman berarti Allah memiliki sifat rahmah yang menunjukkan kasih sayang Allah.

Sebagian golongan menolak sifat seperti jahmiyah, atau mu’tazilah yang menerima nama dan menolak sifat, atau as’ariyah yang menyelewengkan sifat. Penetapan sifat dua puluh yang ditetapkan as’ariyah tidak berdalil dan bertabrakan dengan nama Allah yang sangat banyak dan sifat Allah yang sangat banyak yang sifat-Nya lebih banyak dari nama yang ini berkonsekuensi banyak nama Allah yang nantinya tidak mengandung sifat jika kita tetapkan sifat Allah hanya 20 saja.

Ulama berbeda pendapat apakah bismillah termasuk bagian dari Al Fatihah atau tidak. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa bismillah tidak termasuk Al Fatihah berdasarkan dalil hadits.

Dalilnya adalah hadits qudsi berikut,

 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى – فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ ».

 

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.” Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam. Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.”  (HR. Muslim no. 395).

 

Dalam penjelasan hadits qudsi di atas disebutkan bahwa surat Al Fatihah yang tujuh ayat terbagi menjadi dua. Tiga-setengah ayat yang pertama adalah untuk Allah dan sanjungan untuk-Nya yakni dimulai dari ayat ‘alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin’ sampai ayat ‘iyyaaka na’budu’. Tiga-setengah ayat yang berikutnya adalah untuk hamba, yaitu mulai dari ayat ‘wa iyyaka nasta’in’ hingga akhir surat.

[1] Isim Jamid: isim yang tidak tersusun dari kata yang lainnya

[2] Isim Musytaq: isim yang dibuat dari isim yang lain

[3] Ta’thil: menolak, maksudnya menolak nama atau sifat Allah

[4] Tahrif: penyelewengan makna, maksudnya menyelewengkan sifat Allah dengan makna yang tidak dikehendaki Allah dan rasul-Nya

[5] Tasybih: penyerupaan, maksudnya menyerupakan Allah dengan makhluk baik dalam nama maupun sifat-Nya

 

Sumber:

Rekaman kajian tafsir as sa’di oleh ustadz Badrussalam Lc

Definisi Tahsin Tilawah dan Tajwid

tajwid

Apa itu tahsin?

kata ‘tahsin’ secara bahasa diambil dari kata kerja (حَسَّنَ – يُحَسِّنُ – تَحْسِيْنًا), artinya: memperbaiki, atau menghiasi, atau membaguskan, atau memperindah, atau membuat lebih baik dari semula [1]

Apa itu tilawah?

kata ’tilawah’ berasal dari kata (تَلاَ- يَتْلُو – تِلاَوَةً) yang artinya membaca atau bacaan.[2]

Adapun tilawah secara istilah adalah membaca Al Qur’an dengan bacaan yang menampakkan huruf-hurufnya dan berhati-hati dalam melafadzkannya agar lebih mudah untuk memahani makna-makna yang terkandung di dalamnya. [3]

Dari dua definisi yang telah lewat, bisa disimpulkan bahwa makna tahsin tilawah adalah upaya memperbaiki atau membaguskan bacaan Al Qur’an dengan baik dan benar sebagai realisasi dari firman Allah Ta’ala dalam surah Al Muzzammil:

وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا

Artinya:
“…Dan bacalah (olehmu) Al Qur’an dengan tartil (yang sebenar-benarnya). [Al Muzzammil:4]

Berdasarkan ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk membaca Al Qur’an dengan tartil yang sebenar-benarnya, tidak membaca Al Qur’an dengan asal-asalan, dan agar bisa membaca Al Qur’an dengan tartil yang sebenar-benarnya seorang muslim dituntut untuk mempelajari bacaan Al Qur’an dengan baik dan benar yang dalam ini diistilahkan dengan ‘tahsin tilawah Al Qur’an’ [4]

Apa itu tajwid?

secara bahasa, tajwid berasal dari kata جَوّدَ – يُجَوِدُ – تَجْوِيْدًا yang bermakna memperbagus atau memperbaiki

secara istilah, tajwid menurut para ulama ahli Al Qur’an adalah mengucapkan setiap huruf dari makhraj (tempat keluarnya huruf) dengan benar, dengan menunaikan seluruh hak-nya (sifat absolut huruf yang selalu menempel misalnya hams, jahr, isti’la, dll) dan menunaikan seluruh mustahak-nya (sifat kondisonal huruf yang sewaktu-waktu ada semisal idzhar, iqlab, ikhfa’, dll) dengan tanpa berlebihan dan tanpa takalluf (mempersulit diri) serta tanpa ta’assuf (semaunya sendiri)

Imam Abu Amr Ad-Dani menjelaskan mengenai perkara yang hendaknya dijauhi para ahli Al Qur’an ketika mengajarkan Al Qur’an, beliau berkata: Tajwid bukanlah dengan mengunyah-ngunyah lidah, bukan memperdalam mulut, bukan membengkok-bengkokkan dagu, bukan menggetar-getarkan suara, bukan memulurkan syiddah, bukan memotong-motong madd, bukan memperpanjang dengung ghunnah, bukan menggemukkan ra’, bukan bacaan yang dijauhi karakter manusia nomal, bukan pula bacaan yang ditolak telinga dan hati nurani. Akan tetapi, tajwid adalah bacaan yang mudah, enak, manis, lembut, tanpa menungyah-ngunyah, tanpa mengulum-ngulum, tanpa ta’assuf, tanpa takalluf, tanpa dibuat-buat, tanpa berlebihan, dan tidak keluar dari karakter normal orang arab dan ucapan orang-orang yang fasih dari segala aspek qiraat dan ada’ [5]

Seorang bisa sampai pada tajwid dengan memperbanyak latihan dan talaqqi (bertemu langsung dengan guru) dari guru yang mutqin (menguasai ilmunya) dan ahli mengajar [6]

Sumber:
[1] [Lihat Mu’jam Al Wasith (1:174); Qamus Al-Munir, hal 265]
[2] [Lihat mu’jam al wasith (1:87)]
[3] [Nadhratun Na’im fi makarimi Akhlaqir Rasulil Karim, hal.1176]
[4] [Bimbingan Tahsin Tilawah Al Qur’an. Hisyam bin Mahrus Ali Al Makki. Penerbit: Zam-zam]
[5] [(An-nasyr, juz II, hal 303)]
[6] [Al-Mujahid,Ahmad Toha Husain. 2014. Ilmu Tajwid. Jakarta: Darussunnah (hal: 20-21)]

KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA

BAB 2
Hubungan bab ini dengan bab sebelumnya

Syaikh fauzan berkata: hubungan bab ini dan sebelumnya sangat nampak karena apabila ada sesuatu yang diketahui keutamaannya maka jiwa ini akan bergantung pada sesuatu tsb. (I’anatul mustafidz)

Misalnya: ada promosi jualan rumah, barangsiapa membeli rumah seharga 300 juta maka ia akan mendapat Honda jazz tanpa diundi, secara fitrah hati manusia akan tertarik dengan hal tersebut.

Bab sebelumnya membahas hakikat dan kedudukan tauhid, bisa dilihat di sini

HAKEKAT DAN KEDUDUKAN TAUHID

Keutamaan tauhid

1. Tauhid sebab mendapat keamanan baik dunia maupun akherat. 

Firman Allah Subhanahu wata’ala :

]الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون[

“Orang-orang yang beriman dan tidak menodai keimanan([1]) mereka dengan kedzoliman (kemusyrikan)([2]) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang mendapat jalan hidayah”, (QS. Al An’am, 82).

Orang yang bertauhid mendapat keamanan dan petunjuk dunia dan akherat.

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Keamanan di dunia: keamanan hati/jiwa dan ketidak adaan rasa sedih atas selain Allah.

Imam ahmad rahimahullah: dia tidak merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Contoh: dia merasa dirinya lebih baik dari orang yang melakukan maksiat, bisa jadi orang ini ketika bermaksiat ia dalam keadaan tidak tahu atau dia bertaubat kemudian menjadi lebih sholeh dari kita.

Keamanan di akherat: dia mendapatkan keamanan yang mutlak yakni bahwa dia tidak akan diazab selamanya di neraka. Jika mereka memang harus disiksa, maka tetap bisa masuk surga, jadi tidak kekal di neraka. ( I’anatul mustafidz hal 58 )

Orang yang bertauhid akan dapat petunjuk di dunia dan akherat

Di dunia: mereka dapat petunjuk untuk memahami, mengilmui syariat dan mengamalkannya. Allah beri dia hidayah bayan dan taufiq.

Di akherat: mendapat petunjuk menuju surga, dimudahkan jalan menuju surga.

Petujuk

Di dunia: untuk memahami tauhid

Di akherat: mudah untuk melewati shirat

 

2. Tauhid merupakan sebab masuk surga
Di akhirat orang bertauhid ada 3 keadaan:

~~1. Bersih dari dosa, langsung masuk surga tanpa azab dan tanpa hisab. Bukan berarti dia tidak pernah mekakukan dosa tetapi dia berdosa kemudian bertaubat
~~2. Orang yang membawa dosa akan tetapi pahalanya lebih besar sehingga dia masuk surga dengan dihisab
~~3. Orang yang membawa dosa dan dosanya lebih berat maka dia dihisab dan masuk neraka sementara

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

” قال موسى يا رب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله، قال : يا رب كل عبادك يقولون هذا، قال موسى : لو أن السموات السبع وعامرهن – غيري – والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفـة، مالت بهـن لا إله إلا الله ” (رواه ابن حبان والحاكم وصححه).

“Musa berkata : “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingatMu dan berdoa kepadaMu”, Allah berfirman :”Ucapkan hai Musaلا إله إلا الله ”, Musa berkata : “Ya Rabb, semua hambaMu mengucapkan itu”, Allah menjawab :” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimatلا إله إلا الله diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimatلا إله إلا الله lebih berat timbangannya.”
(HR. Ibnu Hibban, dan Imam Hakim sekaligus menshohehkannya).

Ubadah bin Shomit Radhiallahu’anhu menuturkan : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

” من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله، وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه والجنة حق والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان من العمل ” أخرجاه

“Barang siapa yang bersyahadat([3]) bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya, dan bahwa Isa adalah hamba dan RasulNya, dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari padaNya, dan surga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya ke dalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. (HR. Bukhori & Muslim)

Berkata Imam An Nawawi:

ada hikmah persaksian yang agung dalam hadits ini:

~~1. Siapa bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq(benar) kecuali Allah. Maksudnya: orang yang mengucapkan “laailaaha ilallah” dalam keadaan dia tahu (maknanya) dan mengamalkan kandungannya.

~~2. “Wahdahu laa syarikalah”. Maksudnya: penegas setelah penegas. “Wahdahu” penegas kalimat “ilallah”, “laa syarikalah” penegas dari kalimat “laa ilaaha”, jadi kalimat ini penguat setelah penguat

~~3. Dia bersaksi bahwa Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya.
Syaikh alu syaikh berkata: tidak cukup seorang bersaksi “laa ilaaha ilallah” (saja), dia juga harus bersaksi bahwa Muhammad adalah Nabi Allah, jika ada yang enggan bersaksi bahwa Muhammad Rasul Allah maka dia tidak masuk ke dalam islam

~~4. Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Rasulullah adalah hamba Allah, ini adalah peniadaan dari sifat ghuluw (berlebih-lebihan).
Contoh ghuluw: menganggap nabi punya sifat rububiyyah seperti mengabulkan doa.
Rasulullah adalah hamba yang tidak punya sedikitpun sifat rububiyyah. Nabi itu manusia biasa, buktinya adalah ketika perang uhud beliau juga terluka maka tidak pantas beliau disembah.

~~5. Muhammad adalah rasulullah. Ini bantahan untuk orang-orang yang merendahkan nabi. Bentuk perendahan kepada nabi:
~~~~1. Mengingkari kerasulan Muhammad shalallahu’alahi wa sallam
~~~~2. Meyakini bahwa Muhammad seorang rasul akan tetapi dia mengikuti nabi Muhammad dengan tidak sepenuhnya, dia mengingkari sebagian ajaran nabi.

Bentuk keimanan kepada nabi:
~~~1. Mentati nabi dengan apa yang dia perintah
~~~2. Membenarkan kabar dari nabi baik masuk akal maupun tidak
~~~3. Menjauhi segala apa yang beliau larang dan belau cegah
~~~4. Tidak beribadah melainkan dengan yang beliau ajarkan

Faidah hadits:

~~1. Meyakini nabi Isa adalah rasul: ini bantahan bagi yahudi yang mengingkari kerasulan beliau. Sedangkan meyakini nabi Isa adalah hamba allah merupakan bantahan bagi kaum nasrani yang menyembah beliau

~~2. Kalimat yang Allah katakan kepada nabi Isa adalah dengan kalimat “kun” (jadilah) karna nabi isa ada di bumi tanpa bapak akan tetapi tercipta dari kalimat “kun”

~~3. Kalimat “min tabi’iah”, sebagian orang memaknainya bahwa nabi Isa bagian dari dzat Allah, ini merupakan dalil dari nasrani dan ini adalah kebatilan yang nyata. Makna yang benar adalah “Min lil ibtida’I wla ghayah” (min permulaan) yakni, Isa berasal dari ruh-ruh yang telah Allah ciptakan.
Diantara ruh-ruh yang telah Allah ciptakan adalah ruh nabi Isa ‘alaiissalam.

~~4. Surga itu benar adanya dan neraka benar adanya. Surga dan neraka sudah ada sekarang.

Faedah mengimani surga dan neraka:

Berkata Syaikh Fauzan: dapat mendorong seorang beramal sholeh dan bertaubat dari dosa-dosa.

Jika seorang yakin jika disana ada surga dan surga tidak bisa dimasuki kecuali dengan amal sholeh maka ia akan beramal sholeh. Jika dia tahu neraka akan dimasuki oleh ahli maksiat maka jika dia terjerumus dalam maksiat maka dia akan bertaubat.

3. Tauhid sebab seorang selamat dari neraka.

Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Itban Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah bersabda :

” فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله ”
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala mengharamkan neraka bagi orang-orang yang mengucapkan لا إله إلا الله dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah”.

4. Tauhid sebab mendapat ampunan Allah.

Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut penilaiannya hadits itu hasan) dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu ia berkata aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
” قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة ”
“Allah Subhanahu wata’ala berfirman : “Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”.

Bebas dari syirik maksudnya bebas dari syirik akbar maupun asghar.

Kandungan bab ini :

  1. Luasnya karunia Allah.
  2. Besarnya pahala tauhid di sisi Allah.
  3. Dan tauhid juga dapat menghapus dosa.
  4. Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al An’am.
  5. Perhatikan kelima masalah yang ada dalam hadits Ubadah.
  6. Jika anda memadukan antara hadits Ubadah, hadits Itban dan hadits sesudahnya, maka akan jelas bagi anda pengertian kalimat  لا إله إلا الله, juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
  7. Perlu diperhatikan syarat-syarat yang disebutkan dalam hadits Itban, (yaitu ikhlas semata-mata karena Allah, dan tidak menyekutukanNya).
  8. Para Nabi pun perlu diingatkan akan keistimewaan لا إله إلا الله .
  9. Penjelasan bahwa kalimatلا إله إلا الله  berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak orang yang mengucapkan kalimat tersebut.
  10. Pernyataan bahwa bumi itu tujuh lapis seperti halnya langit.
  11. Langit dan bumi itu ada penghuninya.
  12. Menetapkan sifat sifat Allah apa adanya, berbeda dengan pendapat Asy’ariyah ([4]).
  13. Jika anda memahami hadits Anas, maka anda akan mengetahui bahwa sabda Rasul yang ada dalam hadits Itban : “Sesungguhnya Allah mengharamkan masuk neraka bagi orang-orang yang mengucapkan لا إله إلا الله dengan penuh ikhlas karena Allah, dan tidak menyekutukanNya”, maksudnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, bukan hanya mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.
  14. Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah sama-sama hamba Allah dan RasulNya.
  15. Mengetahui keistimewaan Nabi Isa, sebagai Kalimat Allah([5]).
  16. Mengetahui bahwa Nabi Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan Allah.
  17. Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.
  18. Memahami sabda Rasul : “betapapun amal yang telah dikerjakannya”.
  19. Mengetahui bahwa timbangan itu mempunyai dua daun.
  20. Mengetahui kebenaran adanya wajah bagi Allah.

 

 

([1])  Iman ialah : ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat karena Allah, dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah.

([2])  Syirik disebut kezholiman karena syirik adalah menempatkan suatu ibadah tidak pada tempatnya, dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.

([3])  Syahadat ialah : persaksian dengan  hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.

([4])  Asy’ariyah adalah salah satu aliran teologis, pengikut Syekh Abu Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari (260 – 324 H = 874 – 936 M). Dan maksud penulis di sini ialah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang disebutkan dalam Al qur’an maupun As sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum salaf sholeh dalam masalah ini, yaitu : mengimani kebesaran sifat-sifat Allah yang dituturkan Al qur’an dan As sunnah tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil. Adapun Asy’ariyah, sebagian mereka ada yang menta’wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal itu jika tidak dita’wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhlukNya, akan tetapi perlu diketahui bahwa Syekh Abu Hasan sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzhab salaf sholeh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis di akhir hidupnya, yaitu Al Ibanah ‘an ushulid diyanah (editor : Abdul Qodir Al Arnauth, Bairut, makatabah darul bayan, 1401 H) bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta’wil yang dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari madzhab salaf.

([5])  Kalimat Allah maksudnya bahwa Nabi Isa itu diciptakan Allah dengan firmanNya “Kun” (jadilah) yang disampaikanNya kepada Maryam melalui malaikat Jibril.